Aksi menteri keamanan nasional sayap kanan, Israel Itamar Ben Gvir, yang memimpin doa bagi jemaah kaum Yahudi di kompleks Masjid Al Aqsa pada Selasa (13/8/2024), menuai kecaman banyak pihak. Aksi Ben Gvir ini menuai kecaman dari Amerika Serikat, Uni Eropa, PBB, Prancis, Yordania, Mesir, Qatar, Arab Saudi, dan beberapa negara lainnya. Di Amerika Serikat sendiri, salah satu yang berang dengan aksi Ben Gvir tersebut adalah Menteri Luar Negeri AS, Anthony Blinken.
Blinken secara terang terangan mengkritik keras aksi Ben Gvir ke lokasi yang dinilainya sangat sensitif tersebut. Ia menilai tindakan gegabah Ben Gvir tersebut sebagai provokasi yang dapat memicu kekacauan di kawasan Timur Tengah. "Tindakan provokatif ini hanya memperburuk ketegangan di saat ketika semua seharusnya memfokuskan perhatian pada upaya diplomatik untuk mencapai perjanjian gencatan senjata," kritik Blinken kepada Ben Gvir.
Blinken juga kembali menegaskan, Washington mendukung pengaturan status quo di Al Aqsa, di mana orang Yahudi boleh mengunjungi, tetapi tidak berdoa di atas kompleks tersebut. Karena hal tersebut, Blinken pun mengaku kecewa dengan kelakuan Itamar Ben Gvir yang seolah tak acuh dengan komitmen AS tersebut. Kunci Jawaban PAI Kelas 11 Halaman 170 171 172 Kurikulum Merdeka: Penilaian Pengetahuan Bab 5 Halaman all
Kunci Jawaban PAI Kelas 12 Halaman 31 37 Kurikulum Merdeka, Penilaian Pengetahuan Bab 1 Halaman 4 Kunci Jawaban PKN Kelas 9 Halaman 94 Semester 2: Uji Kompetensi Bab 3 Halaman all Kunci Jawaban PAI Kelas 11 Halaman 132 133 134 Kurikulum Merdeka: Penilaian Pengetahuan Bab 4 Halaman all
"Kunjungan Ben Gvir (ke Al Aqsa) ini menunjukkan ketidakpeduliannya terhadap status quo terkait tempat tempat suci di Yerusalem," kata Blinken dalam sebuah pernyataan pada Selasa malam waktu setempat. Sejumlah pejabat Kemenlu AS lainnya juga menilai Aksi Ben Gvir ini telah melanggar arahan Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu. Hal ini diutarakan oleh juru bicara Departemen Luar Negeri AS, Vedant Patel.
"Kami sudah menghubungi Kantor Perdana Menteri Israel untuk menjelaskan kejadian pagi ini (Kunjungan Ben Gvir di Al Aqsa)." "Mereka menyebutnya (aksi Ben Gvir) merupakan penyimpangan dari kebijakan Israel dan penyimpangan dari status quo." ucap Patel usai pihaknya menghubungi kantor Benjamin Netanyahu. Patel juga mengatakan langkah langkah Ben Gvir ini justru merugikan keamanan Israel sendiri di tengah ketegangan yang sudah sangat tinggi di kawasan tersebut.
"Kami tentu saja memperhatikan dengan seksama tindakan dan aktivitas Ben Gvir yang kami anggap justru mengurangi rasa keamanan di Israel," kritik Patel kepada Ben Gvir "Ia (Ben Gvir) telah berkontribusi pada ketidakamanan dan ketidakstabilan yang lebih besar di kawasan Israel," pungkas Patel dalam sebuah konferensi pers. Seperti yang diwartakan sebelumnya, Itamar Ben Gvir menuai kontroversi setelah memimpin ratusan pemukim Yahudi untuk menyerbu Masjid Al Aqsa pada Selasa (13/8/2024), dengan pengawalan dari polisi.
Dalam aksi kontroversi tersebut, Ben Gvir ditemani oleh Menteri Urusan Negev dan Galilea, Yitzhak Wasserlauf, serta kelompok besar pemukim Israel lainnya. Mereka memasuki Masjid Al Aqsa melalui Gerbang Maghribi dan berkeliling di halaman timur kompleks dengan pengawalan polisi yang ketat. Sumber lokal kepada kantor berita Palestina, WAFA, menyebutkan polisi membatasi akses jamaah ke kompleks saat kedua menteri tersebut berada di sana.
Ditanyai terkait aksi provokatifnya tersebut, Ben Gvir menilai kedatangannya ke Al Aqsa ini dapat dibenarkan keran digelar untuk memperingati hari suci Tisha B'Av. "Kita berada di Tisha B'Av, Temple Mount, untuk memperingati penghancuran Bait Suci. Namun, perlu dikatakan dengan tulus: ada kemajuan yang sangat signifikan di sini dalam tata kelola, dalam kedaulatan. Seperti yang telah saya katakan, kebijakan kita adalah memungkinkan doa," kata Ben Gvir saat berada di kompleks Al Awsa. Serangan Ben Gvir mendapat kritik dari beberapa pejabat Israel, termasuk dari Netanyahu.
Netanyahu menyatakan menteri keamanan nasionalnya tidak berhak "menetapkan kebijakan di Temple Mount" seenaknya sendiri dan melanggar status quo situs suci tersebut. Beberapa pihak, termasuk pemimpin oposisi Yair Lapid, menganggap aksi Ben Gvir tersebut membahayakan keamanan Israel.